Selasa, 14 Januari 2025

al-Huruf al-Muqatta’ah: Al-Ramz Al-Hida’i Fi Al-Qur’an Al-Karim

  • Januari 14, 2025
  • Penerbit NEM

 


Berabad-abad telah berlalu sejak Al-Qur’an diturunkan, dan huruf-hurufnya yang terpisah-pisah masih menjadi misteri. Ada ulama yang mengakui ketidakmampuannya, ada pula yang menyerahkan masalah surat-surat yang terputus itu kepada Allah SWT, dan ada pula yang menafsirkannya, namun penafsiran itu tidak bermanfaat sedikit pun bagi kehidupan kita sehari-hari. Tulisan ini bertujuan untuk menghilangkan ambiguitas tersebut dan mengungkap perkara huruf-huruf yang tidak berhubungan tersebut, dengan cara mencari makna-maknanya dan unsur-unsur yang mengaitkannya dengan ayat-ayat. Tulisan ini menegaskan bahwa huruf-huruf yang terputus itu bisa ditafsirkan, dan maknanya serta tuntunan Al-Qur'an seharusnya digali seperti halnya ayat-ayat lainnya. Oleh karena itu, tulisan ini mendukung pendapat mereka yang berpendapat bahwa makna-maknanya tidak didelegasikan kepada Allah, seperti Imam al-Tabari, al-Alusi, Muhammad Rashid Ridha, dan lain-lain, dan menolak pendapat mereka yang condong kepada delegasi dan mereka yang mengingkari makna-maknanya. artinya, seperti Ibn Hayyan, al-Sha'rawi, al-Uthaymeen, al-Shanqeeti, Quraysh Shihab, dan lainnya.

Melalui tulisan ini, penulis memaparkan kemungkinan menafsirkan huruf-huruf yang terputus itu dan memberinya makna baru sesuai konteks dan keterkaitannya dengan ayat. Studi ini juga menunjukkan nilai bimbingan surat-surat ini ketika dipelajari secara komprehensif dan akurat. Penelitian ini juga menambahkan jenis baru tuntunan Al-Qur'an, yaitu tuntunan simbolik. Ini adalah petunjuk Al-Quran yang diambil dari ayat-ayat dengan menguraikan simbol-simbolnya.

Sebagian besar kajian tentang surat-surat yang tidak berhubungan sangat bergantung pada penyampaian pendapat, kemudian berupaya untuk memberikan bobot pada pendapat tersebut, seperti yang dilakukan Al-Shadi, Abu Farakh, dan lain-lain. Tidak ada yang baru dalam karya-karya seperti ini. Studi lain, namun langka, berupaya menghubungkan huruf-huruf yang tidak berhubungan itu dengan ayat-ayat; Termasuk apa yang disampaikan oleh Ayman Al-Rawajfeh, yang menggunakan teori jaringan simetri dalam Al-Qur’an; Apa yang disampaikan oleh peneliti Nizar Gabriel dan Ali Kamel, yang menggunakan teori koherensi semantik. Yang membedakan tulisan ini dengan kajian-kajian yang ada sekarang adalah pembacaan kita terhadap surat-surat tersebut dari perspektif tuntunan Al-Qur’an agar manusia dapat mengambil hikmahnya dalam kehidupan sehari-hari, dengan menggunakan pendekatan semiologi dan ilmu kalam serta memadukannya.


                                                                   PEMBELIAN BUKU: