Hilirisasi Produk Pertanian Budidaya Cabai Teknologi Tepat Guna Pengering Tenaga Surya
Cabai merupakan salah satu tanaman penting di luar tanaman pangan di Indonesia. Cabai dianggap penting, karena harga cabai dapat memengaruhi tingkat inflasi. Bagi seni masakan Gorontalo dan Padang, cabai bahkan dianggap sebagai “bahan makanan pokok”. Sangat sulit bagi masakan Gorontalo dan Padang dibuat tanpa cabai. Tanaman cabai memiliki habitat dan daya dukung lingkungan yang berbeda dengan tanaman lainnya. Hal ini tentu saja mutlak, mengingat bahwa setiap tanaman pasti memiliki cara tersendiri dari tingkat kebaikan dan penyesuaiannya terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Secara fisiologis, tanaman cabai mempunyai organ tanam lengkap mulai dari akar tunggangnya, batang berkayu, organ daun, bunga, dan juga buahnya. Masing-masing organ tanaman pada cabai memiliki fungsi sendiri-sendiri dan tentu saja hal tersebut akan memengaruhi dalam keberlangsungan hidupnya. Tanaman cabai merupakan tanaman yang familiar bagi petani di Indonesia, di samping itu tanaman ini juga termasuk tanaman yang mudah dibudidayakan, sehingga budidaya tanaman cabai tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Provinsi Gorontalo merupakan daerah yang tingkat konsumsi cabainya tinggi. Meski demikian juga terdapat banyak petani cabai di Gorontalo, sehingga dengan alasan tersebut harga cabai menjadi fluktuatif, terlebih ketika musim panen raya atau panen bersamaan. Petani cabai membutuhkan solusi atas fluktuasi harga cabai, teknologi yang didiseminasikan adalah alat pengering tenaga surya model oven sederhana dengan mekanisasi serta desain yang sederhana. Ukuran alat pengering disesuaikan dengan tuntutan kemajuan teknologi di Indonesia dan dapat digunakan oleh petani untuk semua kondisi. Teknologi pengering cabai tenaga surya membantu petani dalam hal pengolahan pasca panen cabai, sehingga mampu meningkatkan harga jual hasil panen cabai petani dan memperpanjang masa penyimpanan. Program diseminasi pengering cabai tenaga surya dilaksanakan oleh tim dari Universitas Ichsan Gorontalo, bersama dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Kecamana/BPP dan petani cabai.