Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier pada Sistem Reproduksi dalam Keperawatan
Dalam
kesehatan, konsep
pencegahan penyakit terbagi menjadi pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Pencegahan primer adalah mencegah terjadinya penyakit. Pencegahan sekunder adalah deteksi
dini penyakit dan segera mengobatinya untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Pencegahan tersier adalah pemulihan (rehabilitasi) untuk mencegah
terjadinya kecacatan dan kematian.
Pencegahan
primer dilakukan dengan promosi kesehatan, perlindungan umum, dan khusus. Dalam
kasus kesehatan reproduksi misalnya, pencegahan primer dapat dilakukan dengan
melakukan edukasi kepada seluruh masyarakat Indonesia mengenai penyakit menular
seksual, gejala, dan langkah awal yang harus dilakukan ketika menjumpai pasien
yang memiliki masalah terkait reproduksi.
Promosi
kesehatan juga dilakukan untuk mengajak masyarakat untuk peduli kesehatan diri
sendiri dan orang sekitarnya. Maka dari itu, setiap masyarakat harus menjaga
pergaulan dan mendapatkan penyuluhan di berbagai layanan kesehatan dalam upaya
menyampaikan informasi (pesan) yang berkaitan dengan merawat kesehatan
reproduksi agar lebih jasmani yaitu dengan menerapkan pola makan teratur,
olahraga, serta
rutin mengonsumsi vitamin dan suplemen.
Selain
pencegahan primer, masalah kesehatan reproduksi dapat diatasi dengan pencegahan
sekunder, dapat
berupa intervensi keperawatan dalam sistem reproduksi yakni mendukung program
skrining penapisan atau skrining kanker leher rahim ditujukan untuk menemukan
lesi pra-kanker untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan
sejak dini. Sehingga pasien yang terdiagnosa penyakit terkait reproduksi sering kali merasa malu atau dikucilkan dari
masyarakat. Padahal penyakit tersebut dapat disembuhkan dengan dilakukan
skrining dini seperti HIV/AIDS, sifilis, KLIMIDIA, dsb.
Selain
itu, diperlukannya pencegahan tersier yang bertujuan untuk mengurangi akibat
penyakit yang sudah terjadi. Untuk mencegahnya, dilakukan upaya agar kondisi
pasien tidak bertambah buruk dengan memanfaatkan pengobatan ARV atau melakukan
rehabilitasi yang dibimbing langsung oleh petugas kesehatan setempat agar
mendapatkan pemulihan yang optimal.