Industri Batik Pekalongan : Potret Pragmatisme Religiusitas, Budaya, dan Ekonomi
Industri batik berkaitan erat dengan muatan ekonomi dan kondisi
kultural masyarakat Pekalongan yang sarat dengan nuansa keagamaan. Kota
Pekalongan yang dikenal dengan mayoritas muslim menjadi daya tarik tersendiri
untuk dikaji dalam segala aspeknya. Karakter masyarakat pesisir yang memiliki
keterbukaan sosial dengan masyarakat pendatang menjadikan warga Kota Pekalongan
dikenal dengan sebutan arwana yaitu Arab, Jawa, dan Cina.
Kedekatan sosial budaya ini mengandung potensi yang luar
biasa hingga mampu menggerakkan perekonomian lokal. Sebagai kontributor
perekonomian nasional, industri batik Pekalongan sangat layak diperhatikan
secara kompleks terlebih untuk membantu para pelaku dan pekerja batik agar
tetap mampu eksis di tengah persaingan kompetitor industri sejenis lainnya.
Kebijakan yang berpihak pada pelaku usaha batik sangat diharapkan seperti
ketersediaan bahan baku dengan harga yang terjangkau, serta pendampingan
strategi marketing dalam dan luar negeri. Hal penting lainnya yang dibutuhkan
bersama adalah penanganan limbah batik dan akses permodalan pada lembaga
keuangan secara lebih mudah. Upaya-upaya tersebut akan sangat membantu pelaku
usaha, pekerja, dan masyarakat untuk mengurangi beban usaha hingga industri
batik akan tetap lestari. Kondisi yang harmonis tersebut akan mampu
meminimalisir pragmatisme keberagamaan dengan dalih perekonomian di masyarakat.