Tafsir sebagai Spirit Pembaruan Keagamaan di Nusantara Abad 19: Khazanah Tafsir Marāh Labîd li Kasyf Ma’nā Qur’ān Majīd
Khazanah tafsir di Indonesia telah menapak jejak sejak abad
ke-17 dengan hadirnya kitab tafsir utuh “Turjuman al-Mustafid” karya Syekh
Abdur Rouf Singkel, yang ditulis dalam bahasa Arab Melayu. Karya ini mengutip
pendapat dari mufasir terkenal seperti Jalaluddin al-Suyuthi dan al-Khazin,
serta mengikuti model penafsiran kitab Jalalain yang disuguhkan untuk
menjangkau kalangan awam dan terpelajar dalam kajian tafsir al-Qur’an.
Berbeda dengan karya tafsir pada abad ke-19, kitab “Marāh
Labîd li Kasyf Ma’nā Qur’ān Majīd” karya Syekh Nawawi al-Bantani ditulis dalam
bahasa Arab dan ditujukan bagi kalangan terpelajar yang sudah memahami bahasa
Arab dengan baik. Kekosongan selama satu abad di abad ke-18 tanpa karya tafsir
dari ulama nusantara membawa kerinduan akan hadirnya kitab tafsir yang
berikutnya. Syekh Nawawi, seorang ulama asal Banten yang menguasai berbagai
disiplin ilmu seperti fikih, tauhid, hadis, dan tafsir, menjawab kebutuhan ini
dengan karyanya yang berkontribusi besar dalam mencerdaskan rakyat Indonesia.
Semangat perubahan dan pembaruan yang dituntut oleh zaman
harus dipersiapkan sebaik mungkin dengan kembali kepada al-Qur’an sebagai
pedoman hidup umat Islam. Disiplin ilmu tafsir menjadi kunci untuk mengerti
arti dan makna al-Qur’an sehingga umat Islam dapat mengambil manfaat darinya.
Buku ini diharapkan dapat menginspirasi pembaca, terutama para mahasiswa
Fakultas Tarbiyah dalam memahami dan mengaplikasikan ajaran al-Qur’an dalam
kehidupan sehari-hari.