Kumbi : Antara Tradisi, Budaya, dan Kesehatan
Keragaman suku di Papua sering kali melahirkan
konflik, terutama karena persoalan kecil yang kemudian diperbesar dengan
identitas kesukuan atau keagamaan. Namun, keragaman ini juga berhasil membentuk
kepribadian dan sistem moral masyarakat Papua. Untuk menyelesaikan konflik,
hampir setiap suku dan adat di Papua memiliki mekanisme kultural yang dibangun
untuk mempromosikan perdamaian dan toleransi. Namun, kekayaan ini sering
tenggelam oleh diskursus politik dan konflik kepentingan di Papua.
Salah satu
tradisi yang masih terjaga di Papua adalah tradisi “perang suku” di wilayah
Kabupaten Puncak, pegunungan tengah Papua. Tradisi ini menjadi bagian penting
dalam kehidupan masyarakat suku Dani yang menunjukkan
kekuatan dan eksistensi mereka di antara suku-suku lainnya.
Tradisi kumbi, yang dilakukan selama perang suku,
memiliki banyak makna dan manfaat dalam masyarakat Papua. Tradisi ini
melibatkan pertarungan fisik antara suku-suku Dani yang bertujuan untuk
menunjukkan keberanian dan kekuatan mereka. Selama perang, tradisi kumbi membebaskan
setiap wanita untuk terlibat dalam hubungan seks dengan pria yang terlibat
dalam pertempuran. Ini dianggap sebagai pengikat tali persaudaraan selama
konflik dan untuk membela kepentingan kelompoknya.
Namun, tradisi ini memiliki dampak serius terhadap
kesehatan, termasuk penularan penyakit menular seksual (IMS), kehamilan tidak
diinginkan, dan dampak psikologis akibat penolakan hubungan seksual, terutama
bagi wanita yang dipaksa selama perang. Selain itu, tradisi ini meningkatkan
risiko luka-luka yang dapat menjadi pintu masuk bagi berbagai infeksi.
Buku ini menyajikan gambaran yang mendalam tentang
bagaimana tradisi budaya dapat memiliki dampak yang serius terhadap kesehatan
masyarakat, dan menyoroti pentingnya upaya untuk mengatasi dan memahami
dampak-dampak tersebut guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat suku Dani.