Penganekaragaman Pangan untuk Pemenuhan Gizi Balita di Masyarakat Baduy Luar
Status gizi pada balita masih menjadi
masalah kesehatan di Indonesia, salah
satunya di daerah Baduy Luar, Banten. Kondisi gizi balita di Baduy tidak
terlepas dari
pengaruh aturan adat Baduy. Aturan
yang berlaku yaitu
masyarakat harus menjaga kelestarian
alam, maka tidak semua jenis pangan dapat ditanam di wilayah Baduy. Mereka juga dilarang untuk beternak hewan berkaki empat,
seperti kambing, sapi, dan kerbau.
Buku ini membahas optimalisasi pemanfaatan makanan yang tersedia untuk
pemenuhan zat gizi balita masyarakat Baduy Luar. Nasi
pare siang merupakan hasil dari padi huma yang ditanam masyarakat Baduy lalu disimpan dalam leuit
(lumbung padi). Belut
sering ditemukan oleh masyarakat di rawa-rawa. Namun, keberadaan belut bagi ibu balita tidak
ada nilainya. Persepsi ibu terhadap belut ini berlendir seperti ular, dan
menimbulkan rasa jijik atau geli sehingga ibu tidak mau
mengolah dan menyajikannya
sebagai makanan bagi balita. Padahal belut mengandung protein tinggi yang sangat dibutuhkan oleh balita.
Penganekaragaman olahan nasi pare siang dengan belut dan sayur untuk
dikonsumsi anak balita di masyarakat baduy Luar disajikan
dalam buku ini dengan bahasa yang sederhana dan aplikatif step by step. Harapannya, hal ini dapat menambah pengetahuan dan
keterampilan para pembaca sehingga dapat melakukan upaya pemberdayaan
masyarakat dengan
memanfaatkan peran pemimpin adat dan peran aktif dari lintas sektoral serta pemanfaatan nasi pare siang dan belut sebagai sumber daya lokal untuk peningkatan asupan gizi
balita.