Kembang Anak Band di Pinggir Jurang
Sejak awal perkuliahan Rajendra dikenal sebagai aktivis yang dekat dengan mahasiswa-mahasiswa Pro Kemerdekaan Timor Leste, jaringan Gerakan Aceh Merdeka dan Organisasi Papua Merdeka serta bersimpati kepada tahanan politik eks G30S/PKI. Sebaliknya Juwita sangat respek pada politik pembangunan Orde Baru, tidak pernah mempermasalahkan Dwi Fungsi ABRI serta sangat mengagumi Presiden Soeharto.
Sampai pada suatu saat Juwita sangat sedih ketika Rajendra dan tiga sahabatnya dari Timor Timur berpamitan untuk menghadiri Misa Arwah di Gereja Santo Antonio Montael, Dili. Ujung-ujungnya Rajendra dikabarkan hilang dalam kerusuhan di Pemakaman Santa Cruz, 12 Nopember 1991.
Sejak itu orientasi politik Juwita pun berubah 180°. Gadis cantik asal Pekalongan yang semula dikenal sebagai mahasiswi yang lembut, santun, dan penurut itu kini sering tampil dalam berbagai aksi demonstrasi. Ketika berorasi, Juwita tampil berani, keras, radikal, dan garang.
Aktivitas Juwita tak luput dari pengamatan Robertus -sang Aktivis Undip yang pernah menghilang selama dua tahun. Prihatin atas sikap Juwita, diam-diam Robertus yang kembali menjadi jurnalis di Pekalongan mengikuti gerakan yang dilakukan sahabat karib adiknya itu. Bahkan dalam suatu aksi besar yang dilakukan ribuan mahasiswa di seputar Gedung DPR-MPR di Senayan-Jakarta, 13-14 Desember 1993 Robertus dan kawan wartawannya berhasil menyusul Juwita.
Berhasilkah Robertus membujuk Juwita untuk pulang ke Pekalongan? Apakah hanya lantaran menghindari aksi yang ditengarai menjurus anarkis itu Juwita mengikuti kata-kata Robertus?