Selasa, 14 September 2021

Faktor yang Memengaruhi Penggunaan Kondom pada Laki-laki Berisiko Tinggi dalam Mencegah Penularan HIV/AIDS

  • September 14, 2021
  • Penerbit NEM

 

Kasus HIV/AIDS terus mengalami peningkatan, selain itu perkembangannya juga sangat cepat, virus HIV dapat menyebabkan penurunan kadar (CD4) pada penderita sehingga sangat mudah terinfeksi penyakit oportunistik. Menurut data Departemen Kesehatan RI data per Juni 2019, jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia sebanyak 50.282. Triwulan Januari hingga Juni 2013 ditemukan sebanyak 10.210 kasus HIV dan 780 kasus AIDS.     

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan kondom laki-laki berisiko tinggi (Operator Karaoke) dalam penggunaan kondom pada saat berhubungan seksual di Resosialisasi Argorejo dan Rowosari Semarang. Laki-laki berisiko tinggi (Operator Karaoke) memiliki risiko terhadap penularan penyakit menular seksual. Salah satu keterlibatan laki-laki di lokalisasi selain menjadi pelanggan WPS adalah personal (laki-laki) yang bekerja di lingkungan tersebut. Personal tersebut (biasanya laki-laki) biasa disebut Operator Karaoke yang bertugas untuk mengatur jadwal kencan atau memutarkan musik antara tamu dan Wanita Pekerja Seks (WPS) di pub, café, karaoke di lingkungan kompleks lokalisasi. Diperkirakan di setiap komplek lokalisasi di Indonesia terdapat laki-laki Operator Karaoke yang berisiko terhadap penularan HIV/AIDS, karena sebagian besar dari mereka merupakan pasangan tetap maupun tidak tetap Wanita Pekerja Seks (WPS), dan sebagian besar dari mereka juga punya pasangan di luar WPS. Dari data yang diperoleh dari Griya Asa pada tahun 2016 sekitar 90% Operator Karaoke tidak melindungi diri dari risiko tertularnya PMS dengan menggunakan kondom setiap berhubungan seksual.

Untuk menekan angka kejadian HIV/AIDS, Dinas Kesehatan mempunyai dan melakukan program-program kesehatan pada kelompok sasaran yang berisiko tertular HIV/AIDS, tetapi ternyata fakta yang ada menyebutkan bahwa Operator Karaoke bukan merupakan sasaran utama yang terpapar promosi kesehatan secara rutin oleh Dinas Kesehatan padahal diperkirakan Operator Karaoke ada di setiap lokalisasi dan perilaku mereka juga berisiko terhadap penularan HIV/AIDS. Seharusnya semua masyarakat yang berperilaku berisiko harus mendapatkan perhatian yang sama, untuk menekan penyebaran HIV/AIDS.