JEJAK TAPAL KAKI KALI PANGUS
Ramin akhirnya ikut Ki Lurah Buto yang dianggapnya berbaik hati. Hingga kemudian Ramin melanjutkan sekolah ke SMP terbuka, namun sungguh malang, Ki Lurah Buto ternyata berhati licik. Mamak Ramin terlilit utang dengan Ki Lurah Buto. Mamak Ramin akhirnya menjadi pembantu di rumah Tuan Albert, seorang keturunan Belanda. Dengan jalan ini Ramin berhasil melunasi hutang-hutangnya kepada Ki Lurah Buto. Bahkan Ramin bisa menyelesaikan sekolahnya di SMP terbuka. Kemudian dengan kegigihannya Ramin nekat meneruskan sekolahnya ke STM. Ramin membiayai sekolahnya, selain dari bantuan mamaknya, yang menjadi pembantu, Ramin melakukan pekerjaan apa saja yang penting halal.
Ramin pun bercita-cita melanjutkannya ke Perguruan Tinggi, yaitu di POLITEKNIK. Rupanya mamaknya yang bodoh sudah sadar dan akan membantu tekad Ramin. Mamak Ramin akhirnya memutuskan ke Arab Saudi menjadi TKW untuk membiayai kuliah Ramin. Semenjak kuliah itulah ide gila Ramin muncul. Ia membeli bukit tandus yang dianggapnya tidak berguna. Orang kampung menganggap Ramin gila, namun ia tetap nekat membendung kali Pangus menjadi sebuah waduk. Ide Ramin pun berhasil. Semua warga terperangah hingga desanya yang semula miskin menjadi makmur.