Optimisme dalam Nilai Filosofi Budaya Jawa
Budaya Jawa yang
dikenal adiluhung memiliki karakter yang unik dalam membentuk pola pikir dan
tindak tanduk masyarakatnya termasuk dalam menentukan tujuan hidup yang
tercermin dalam optimism. Optimisme dapat didefinisikan sebagai kayakinan dalam
mencapai tujuan. Dalam pandangan Barat, optimisme adalah keyakinan akan
tercapainya tujuan yang bersumber dari diri sendiri, nasib dan orang lain.
Namun masyarakat dalam memiliki tambahan keyakinan tersebut juga bersumber dari
adanya takdir yang maha kuasa namun disertai kehati-hatian, kesungguhan dan
berpegang pada nilai agama, nilai sosial dan ilmu.
Falsafah Jawa tercermin
dalam beberapa pitutur yakni alon-alon
waton kelakon bermakna kehati-hatian agar tujuan terlaksana. Kelakon
menjadi kata kunci bahwa masyarakat Jawa sangat optimis namun jangan sampai
gagal sehingga dalam bertindak harus hati-hati, bukan pelan yang selama ini diartikan
salah oleh sebagian kalangan. Selain itu masyarakat Jawa memegang prinsip ada dina ana upa yang berarti rejeki sudah
disediakan oleh Tuhan, namun harus disertai usaha dan ketekunan, ora obah ora mamah. Optimisme Jawa juga
tercermin dari pitutur sapa tekun, golet teken, bakal tekan sama
juga dengan makna sapa tekun bakal tinemu yang memiliki makna
kesungguhan menjadi syarat dalam mencapai tujuan.
Optimisne Barat
terbentuk oleh nilai kemandirian (Chang, 2003) sedangkan di Indonesia (Suku
Jawa) menurut pandangan Hofsetde (1983) terbentuk oleh budaya kolektivisme
tinggi, uncertainty avoidance yang tinggi, power distance yang tinggi dan
feminism mengutamakan kebersamaan serta kepedulian, dan pencapaian tujuan
mempertimbangkan harmonisasi nilai. Suku Jawa menyukai prinsip kehati-hatian
melangkah tidak dengan ketergesa-gesaan serta bersandar pada norma agama, norma
sosial maupun ilmu pengetahuan yang berkembang.
Pemesanan : 0853-2521-7257 (WhatsApp)